Mimpi saya bukan menjadi istri saudagar kaya, tapi menjadi guru
Yang pernah nonton film Laskar pelangi mungkin ingat potongan kata itu.. yup..Itulah jawaban Bu Mus pada pak Harfan ketika ditanya mengapa ia menolak lamaran seorang saudagar kaya dari jawa dan memilih tetap mengajar di SD Muhammadiyah Belitung.
Jawaban yang menggugah hati tentang perjuangan mengejar impian, seperti halnya ucapan pemandu gunung yang menemani Sir George Everest (Pendaki gunung Everest pertama yang kemudian namanya diabadikan menjadi nama gunung itu), tatkala sang pemandu sudah hampir selangkah lagi mencapai puncak ia, yang tentu saat itu berada lebih depan dari Sir George, mempersilahkan Sir George untuk melangkah duluan mendahuluinya sekaligus menjadi orang pertama yang menjejakan kaki di puncak gunung tertinggi itu. Sir George pun terheran dan bertanya padanya, "Mengapa Anda membiarkan saya melakukannya, padahal Anda dapat dan lebih layak meraih gelar yang membanggakan itu?". Dengan tenang sang pemandu itupun menjawab, "Itu mimpi Anda tuan, bukan saya..".
Dan inilah kisah di mana mimpi saya dipertaruhkan...
Adalah hari itu, Selasa, 14 April 2009, Saya mendapat panggilan dari sebuah perusahaan produsen permen ternama untuk melanjutkan seleksi final setelah rangkaian psikotes, FGD, interview HRD, User dan tes kesehatan yaitu penawaran gaji. Aku pun di sodorkan hitungan2 gaji yang secara akumulatif cukup besar untuk seorang fresh graduate, sekitar 3 juta rupiah. Berpura-pura tak memenuhi harapan, secara sopan aku menolak tawaran itu karena sebuah telepon dan harapan akan mimpi.
Ya.. telepon dan mimpi, tepat dalam perjalananku ke cibinong (tempat prosuden permen), aku ditelepon oleh sebuah perusahaan eksportir seafood terbesar di Indonesia untuk mengikuti seleksi di management Trainee di Jawa Timur. Ga salah di Jawa Timur..? ya, awalany saya ragu untuk pergi ke sana karena sedang bokek, tapi apalah jua.. hatiku mengatakan inilah jalan menuju mimpiku, bukan mimpi untuk bekerja di perusahaan itu atau gaji yang besar, akan tetapi mimpi yang jauh lebih besar.
Aku tak ingin menjadi pekerja yang pragmatis yang hanya mencari pekerjaan atas dasar gaji . Pekerja pragmatis kelak hanyalah menjadi kutu loncat yang berpindah satu perusahaan ke perusahaan lain sehingga menghambat pengembangan karir. Memilih perusahaan bekerja bukanlah semata perkara kesejahteraan tapi juga idealisme, harapan, kenyamanan, dan kesesuaian dengan mimpi kita. Itulah yang aku kejar, mungkin menjadi lebih lama atau menyakitkan... tapi begitulah proses mengejar mimpi.. tak ada yang mudah. Kesulitan, rasa malu, lelah dan perjuangan itulah yang mendewasakan kita untuk memilih tujuan jangka panjang kita alih-alih tujuan jangka pendek untuk menyambung hidup dan memamerkan posisi kita pada orang lain.
Inilah perjuangan menggapai mimpiku.. bagaimana dengan mimpi Anda..
Jawaban yang menggugah hati tentang perjuangan mengejar impian, seperti halnya ucapan pemandu gunung yang menemani Sir George Everest (Pendaki gunung Everest pertama yang kemudian namanya diabadikan menjadi nama gunung itu), tatkala sang pemandu sudah hampir selangkah lagi mencapai puncak ia, yang tentu saat itu berada lebih depan dari Sir George, mempersilahkan Sir George untuk melangkah duluan mendahuluinya sekaligus menjadi orang pertama yang menjejakan kaki di puncak gunung tertinggi itu. Sir George pun terheran dan bertanya padanya, "Mengapa Anda membiarkan saya melakukannya, padahal Anda dapat dan lebih layak meraih gelar yang membanggakan itu?". Dengan tenang sang pemandu itupun menjawab, "Itu mimpi Anda tuan, bukan saya..".
Dan inilah kisah di mana mimpi saya dipertaruhkan...
Adalah hari itu, Selasa, 14 April 2009, Saya mendapat panggilan dari sebuah perusahaan produsen permen ternama untuk melanjutkan seleksi final setelah rangkaian psikotes, FGD, interview HRD, User dan tes kesehatan yaitu penawaran gaji. Aku pun di sodorkan hitungan2 gaji yang secara akumulatif cukup besar untuk seorang fresh graduate, sekitar 3 juta rupiah. Berpura-pura tak memenuhi harapan, secara sopan aku menolak tawaran itu karena sebuah telepon dan harapan akan mimpi.
Ya.. telepon dan mimpi, tepat dalam perjalananku ke cibinong (tempat prosuden permen), aku ditelepon oleh sebuah perusahaan eksportir seafood terbesar di Indonesia untuk mengikuti seleksi di management Trainee di Jawa Timur. Ga salah di Jawa Timur..? ya, awalany saya ragu untuk pergi ke sana karena sedang bokek, tapi apalah jua.. hatiku mengatakan inilah jalan menuju mimpiku, bukan mimpi untuk bekerja di perusahaan itu atau gaji yang besar, akan tetapi mimpi yang jauh lebih besar.
Aku tak ingin menjadi pekerja yang pragmatis yang hanya mencari pekerjaan atas dasar gaji . Pekerja pragmatis kelak hanyalah menjadi kutu loncat yang berpindah satu perusahaan ke perusahaan lain sehingga menghambat pengembangan karir. Memilih perusahaan bekerja bukanlah semata perkara kesejahteraan tapi juga idealisme, harapan, kenyamanan, dan kesesuaian dengan mimpi kita. Itulah yang aku kejar, mungkin menjadi lebih lama atau menyakitkan... tapi begitulah proses mengejar mimpi.. tak ada yang mudah. Kesulitan, rasa malu, lelah dan perjuangan itulah yang mendewasakan kita untuk memilih tujuan jangka panjang kita alih-alih tujuan jangka pendek untuk menyambung hidup dan memamerkan posisi kita pada orang lain.
Inilah perjuangan menggapai mimpiku.. bagaimana dengan mimpi Anda..
Comments
Post a Comment