Murtadlah kau dari Kuliah

Sudah bebrapa hari ini perasaan dalam hati berkecamuk, usaha mengembangkan bisnis rosela terus kembang kempis seiring rongrongan perasaan yang masih bimbang.
Sesaat seakan ada yang membisiki..

"Kani.. kamu tinggal selesein penelitian kamu, lulus dan cari kerja.. kamu tu gampang kali kalo mau kerja, IPK di atas 3.5 , sering ikut training, prestasi lumayan.. tinggal apply..."..
Namun tak lama tiba-tiba berganti..
"Kani.. kamu lupa ada 10 juta saudara kamu menganggur di luar sana?apa kamu tidak merasa bersalah?kamu mau kelebihan yang Allah berikan padamu akan kau abdikan untuk perusahaan-perusahaan asing yang justru membunuh saudaramu?"

Pusiiinng.. rasanya pikiran ini, berkecamuk..
Melihat lab yang telah sepi dari rekan-rekan yang telah selesai penelitian membuat perasaan ini semakin terdorong untuk cepat selesai dan mencari kerja..
Namun ketika berada di dekat seorang Elang Gumilang (wirausaha muda) mengatakan umat dan bangsa ini membutuhkan kita untuk berwirausaha rasanya semangat jihad itu berkobar dalam hati ini..

Seringkali saya merasa malu dilihat oleh ade kelas, membawa-bawa jirigen minyak berisi minuman rosela di tangan kiri dan bongkahan es batu di tangan kanan hanya untuk mempersiapkan stan kecil di pojok kantin fakultas. Tidak jarang pula saya mendatangi satu persatu toko di Bara dan Bateng (kawasan ramai di sekitar IPB) sekedar untuk bertanya "Pak, parkiran tokonya boleh saya sewa untuk menjual minuman" yang seringkali diakhiri dengan penolakan-penolakan halus.

Kadang saya merasa saya lebih layak dari cara kehidupan sekarang ini..

tapi syukurlah Allah membukakan mata hati ku,
Adalah kemarin, Senin 20 Juni 2008, Elang mengajakku bertemu dengan Bob Sadino (salah satu pengusaha besar Indonesia), yang kerap terkenal dengan anjurannya untuk "Keluar saja dari Kuliah".. baru hari itu setelah saya berdiskusi langsung dengan beliau saya baru mengetahui arti yang sesungguhnya dari ucapan beliau, bukan untuk benar-benar keluar kuliah tapi ada makna dalam yang kutangkap di dalamnya...

Terkadang dengan status kita sebagai sarjana kita merasa angkuh dan sombong. Kita enggan melakukan sesuatu yang kita anggap memalukan padahal justru tahap itu adalah tahap "berdarah-darah" (meminjam istilah om Bob) yang dapat menghantarkan kita menjadi lebih terampil. Mengapa kita merasa malu melakukan pekerjaan-perkerjaan yang terkesan kasar dan hina?, bukankah Bob sadino sebelum memiliki areal rumah 2 hektar, dengan pacuan kuda di pelatarannya, dahulu adalah penjaja telur dari rumah ke rumah?. Bukankah Elang Gumilang (mahasiswa dengan omset usaha lebih dari 30 Milyar) dulunya adalah seorang penjual minyak curah dari warung ke warung?, lantas jika aku ingin menjadi kaya (dan artinya bisa membantu finansial umat dengan lebih baik dan lebih banyak) apakah masih punya alasanku untuk merasa malu??...

Banyak dari kita bukanlah anak orang2 kaya seperti Bakrie, Ciputra dan lainnya yang mungkin bisa langsung membangun usaha besar dengan modal orang tuanya. Dan saya adalah seorang dari orang kebanyakan itu, artinya perjuangan adalah sebuah keniscayaan. Dan inilah Fase Berdarah-darah itu..20-40 tahun lamanya (versi Om Bob). Banyak orang yang mayoritas adalah sarjana yang ingin melompati fase ini, banyak dari kita yang ingin sukses secara instant dengan melewati fase berdarah-darah itu dan langsung loncat ke fase ketiga (trampil). Mereka yang melalui cara instant ini biasanya tidak lama berada di tahap ini, andaipun bisa tahan lama maka mereka hanya akan menjadi orang-orang biasa saja.

Setelah kita memahami konsep kuadran om bob ini maka tujuannya adalah satu, yaitu menghadirkan nilai "ikhlas" dalam hati kita dalam berusaha. Ikhlas artinya kita melakukan kerja karena memang kita menginginkannya dengan tulus. "Kerja keras salah, yang benar adalah kerja ikhlas", tutur beliau, karena hal itulah yang membuat kita bersemangat.

Semangatku juga ikut terpompa ketika tadi sempat membaca blog Mas Roni (tangan di atas) tentang kisah ikan yang berenang. berikut petikannya :

"Saya ingat sewaktu mengamati ikan-ikan itu, mereka bergerak seringkali melawan arus sungai, dan terkadang mereka mempertahankan gerakannya di posisi yang ia kehendaki untuk berhenti. Jarang saya lihat ikan-ikan itu bergerak mengikuti arus. Hanya ikan yang mati saja yang terseret arus entah kemana membawa bangkai mereka. Bahkan ikan-ikan itu terkadang bergerak bersama melawan arus untuk bertelur di suatu tempat atau mungkin mereka akan "memadu kasih"

Mengingat hal itu saya mencoba memetik pelajaran, bahwa ternyata untuk mempertahankan hidupnya, untuk mengembangkan keturunan dan mencari makanan, ikan-ikan itu berusaha untuk terus bergerak dalam menghadapi tantangan arus dan derasnya air yang mengalir. Dengan bergerak, dengan menghadapi tantangan mereka bisa survive di ekosistemnya."

Setelah membaca blog ini saya semakin yakin bahwa saya akan hidup untuk melawan arus.. tak peduli berapa banyak orang bertanya "kani...udah kerja apa belum?", aku akan berusaha tegar.., aku ingin seperti ikan yang kuat untuk berenang melawan arus untuk mutlak mencari pekerjaan selepas sarjana, aku tak ingin menjadi ikan tak bernyawa sebagai mana kehilangan jiwa untuk mengabdikan talenta diri selamanya pada perusahaan yang hanya membuat tatanan dunia ini makin timpang dan hancur. Aku ingin wajah ini tetap tegak tanpa mendongkak, aku tak ingin cepat berputus asa.. karena aku yakin , Demi Bangsa ini dan Umat ini, sebagaimana yang disampaikan Ust. Hidayat Nur Wahid, Harapan itu Masih Ada...

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bismillahirrahmanirrahim, akan kuangkat jerigen besar itu kembali, namun kali ini terasa lebih ringan dengan wajah penuh senyum dan ikhlass..:)

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Iklan TV yang Berhasil

Mengetuk Pintu Akhirat, Kecelakaan yang mengubah kehidupan

Kegelisahanku