Kepemimpinan Perempuan

Untuk kesekian kalinya sepertinya kani akan membuat tulisan yang agak sedikit kontroversial, tapi rasanya ingin sekali dituliskan, mudah2an ada masukan atau kritik karena pendapat ini juga masih debatable dan aku openmind untuk menerima sanggahan.

Terinspirasi karena kasus kemaren ketika kebetulan saya diundang sebagai pembicara pada acara temu etos nasional 11 universitas di Lembaga Pengembangan Insani Parung, kebetulan saya di panelkan oleh seorang presiden mahasiswa ITB yang ternyata wanita (kampus pria yang dipimpin oleh wanita) -> kebalikan sama IPB :). Dari awal sampai akhir semua berlangsung lancar sampai tiba pada termin pertanyaan terakhir, seorang mahasiswa beralmamater biru berlogo penggebuk kasur (baca : IPB) berdiri dan berbicara :

"Mbak, bagaimana Anda bisa menjadi seorang Presma padahal pemimpin wanita dilarang oleh agama"

Deg.. saya langsung merasa suasana jadi ga enak, ga kebayang seorang wanita yang sudah jauh2 dari Bandung bersedia datang namun kemudian harus menerima pertanyaan yang agak "gender" seperti ini dihadapan umum.., dari caranya menyampaikan aspirasi pun saya sudah memberi nilai minus pada adik kelasku ini, mbok ya bisa disampaikan secara pribadi... tapi ya sudahlah mungkin dia begitu penasarannya hingga menanyakan pada kondisi seperti ini.

Jujur, saya berpendapat bahwa pertanyaan seputar agama seperti ini mungkin bukan sesuatu yang telah ia persiapkan sebelumnya sehingga menjadi agak canggung dalam menjawabnya. Akhirnya walaupun pertanyaan tadi tidak disampaikan untukku namun aku meminta izin untuk menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaannya..

"Izinkan saya untuk sedikit menanggapi pertanyaan tentang kepemimpinan wanita tadi, sebelumnya saya sampaikan bahwa ucapan saya ini masih debatable jadi silakan saja bila ada yang ingin menyanggah.

Adek-adekku sekalian, terus terang saya adalah orang yang terus mendorong lahirnya kepemimpinan wanita. Ketika saya memimpin himpunan, lebih dari setengah kordinator dan ketua penitia adalah wanita. Dan saya sangat menyayangkan sikap akhwat IPB yang lebih sering menolak posisi pemimpin dengan alasan klasik.. yang cowok dulu aja..
Memang saya tahu ada hadits yang menyatakan bahwa apabila suatu negara dipimpin wanita maka dia akan hancur, tapi bukankah di Alquran (silakan cek sendiri) Allah menceritakan tentang terdapatnya sebuah negeri pada zaman nabi Sulaiman yang sangat makmur dan sejahtera yang dipimpin oleh seorang wanita, Ratu Balqis, artinya ada suatu makna kontekstual yang terdapat pada hadits itu yang tidak bisa kita artikan secara textual semata (harfiah). Bukankan fatwa Imam Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa wanita boleh memimpin selama bukan memimpin sebuah khilafah islamiyah negara muslim sedunia (silakan di cek lagi kalo tidak percaya).
Tentu saya juga setuju bila disebutkan bahwa tugas utama wanita adalah menyiapkan generasi islam ke depan lebih baik, tapi bukan berarti kita harus melarang wanita menjadi pemimpin.. ga usah lah kita menghalangi mereka untuk maju, mereka punya kemampuan luar biasa sebagai pemimpin, terimakasih"
(yang kemudian diiringi tepuk tangan dari kaum akhwat etos)

Saya tidak akan bersikap setengah-setengah atau banci, saya menarik garis tegas dengan menyatakan bahwa saya tidak setuju dengan pernyataan ini:
"Selama masih ada laki-laki yang mampu, sebaiknya kaum pria dulu yang jadi pemimpin"
statement ini terlalu tendensius meletakkan posisi pria seolah selalu lebih baik dari wanita
Saya lebih setuju pernyataan berikut :
"Siapapun yang terbaik, apakah dia pria atau wanita maka dia berhak untuk maju"

Mungkin potongan pidato Obama di Egypt sangat baik untuk mewakili maksud saya ini :

"Bahwa isu persamaan hak wanita adalah hal penting yang harus kita sadari, di beberapa negara umumnya wanita tidak mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal kepemimpinan, pendidikan dan kesempatan kerja. Bukan berarti saya memandang sebelah mata kepada wanita yang memilih mengabdi di rumah dan mengurus anak-anaknya, saya sangat mendukung profesi ibu rumah tangga dan itu membanggakan, TAPI SELAMA ITU MEREKA YANG MENGINGINKAN DAN MEMUTUSKAN SENDIRI bukan karena sistem yang mengekang mereka."

Saya sangat paham bahwa beberapa orang mengatakan ini adalah pembangkangan terhadap nilai-nilai islam, tapi saya setuju dengan Hanna bahwa islam ada sebuah "way of life" bukan kekangan untuk meraih kesempatan yang sama termasuk dalam hal kepemimpinan.

Saya mohon maaf atas nuansa provokatif dan kontroversial dalam blog ini, dan saya tegaskan tulisan ini masuk salah satu tulisan saya dengan grade mutu buruk dari segi analisa karena tidak didahului dengan penelaahan baik secara qauliah maupun kauniah. Oleh karena itu saran kritik sangat diharapkan untuk saling berbagi ilmu.

Comments

  1. Anonymous11:12 pm

    Sya stju dgn apa yg anda katakan,memang lbh berat maju mnjadi pemimpin ktika anda seorg wanita saya rasakan itu sndiri. Sya mnghormati laki2 yg mmg mnrut sya memiliki kodrat u/ memmpin,tp sya stju bhwa syapa yg trbaik itu jg brhak mmimpin trlpas dr mslh dy laki atau wanita. Sya trmkasi skali msh ad laki2 yg brpikiran luas sperti anda.. :) mngenai mslh agama sya kurg paham,tp saya tw ratu balqis dr buku agama sya wkt sd. Dan mulai skrg sya akn mulai bljr dn mncari tau bgamaina sbnrnya kdudukan wnita dlm memimpin sesuatu ..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Waspadai Daging Babi Oplosan

Mengetuk Pintu Akhirat, Kecelakaan yang mengubah kehidupan

Membuat Iklan TV yang Berhasil