Pandan Wangi atau Wangi Pandan ??

Seiring berkembangnya konsep penjualan ritel , porsi beras dalam kemasan berlabel semakin meningkat. Konsumen beras dalam kemasan ini biasanya adalah masyarakat kelas menengah ke atas yang cenderung mengutamakan aspek kualitas dari produk. Walaupun secara agregat persentase beras yang dijual dalam kemasan ini sangat kecil namun permintaannya terus menaik. Hal ini tak lepas dari pesatnya pertumbuhan pasar-pasar ritel baik skala sangat besar, besar maupun kecil di perkotaan maupun, pelosok-pelosok daerah seluruh Indonesia.
Akan tetapi label beras dalam kemasan saat ini tidak menunjukkan mutu beras yang sesungguhnya. Ini menunjukkan bahwa label hanya sebagai pengemas, tapi tidak jujur dalam memberikan informasi kepada penggunanya. Sebagai contoh, beras berlabel ”pandan wangi” belum tentu seratus persen berisi beras varietas pandan wangi. Dari 9 merek beras Pandan Wangi yang diuji oleh LPPM IPB (2007) hanya 2 merek yang mengandung beras asli Pandan Wangi di atas 40%, sisanya hanya mengandung Pandan Wangi sekitar 17%-26%. Fakta ini menunjukkan adanya indikasi penipuan terhadap konsumen oleh para pedagang beras dalam kemasan. Contoh lain juga adalah adanya beras biasa yang diberi essences pandan sehingga seolah-olah seperti beras Pandan Wangi ketika dibeli namun ketika beras itu ditanak aroma pandannya menjadi hilang sama sekali. Hal ini sangat berbeda dengan beras Pandan Wangi yang justru aroma pandannya semakin kuat setelah ditanak apalagi ketika masih ”kebul-kebul”. Selain itu, beras berlabel yang ada di pasaran juga tidak mencantumkan persyaratan informasi minimal pada label sesuai No.7 tahun 1999 Tentang Pelabelan Pangan seperti, tidak tidak adanya komposisi gizi atau bahan, alamat perusahaan, dan tanggal kadaluarsa.
Masalah penipuan kemasan ini menjadi sangat penting karena praktek pengoplosan ini secara ekonomis sangat merugikan petani beras Pandan Wangi. Pencampuran dengan varietas lain dengan label pandan wangi akan merusak citra merek dari beras Pandan Wangi yang sangat mungkin menurunkan persepsi mutu masyarakat terhadap beras ini. Di lain pihak para pedagang yang memalsukan label meraup keuntungan yang sangat besar dari selisih harga antara beras pandan wangi dan varietas lain. Sebagai perbandingan beras biasa umumya memiliki haraga berkisar 6000-7000 rupiah per kilogramnya sementara beras Pandan Wangi dapat mencapai harga Rp. 14.000/kg. Oleh karena margin keuntungan paling besar sekarang dimiliki oleh para pedagang beras berlabel sedangkan para petani tetap berkalang dengan kemiskinan dengan harga gabah yang tak beranjak naik.
Penurunan persepsi mutu Pandan Wangi juga dapat menurunkan nilai pasaran dari varietas beras yang sangat unggul tersebut. Dari hasil diskusi dengan beberapa distributor/eksportir beras diperoleh informasi adanya peluang ekspor beras bermutu ke Singapura dan Korea untuk beras Pandanwangi. Sehingga apabila mulai dari sekarang penurunan persepsi mutu dari Pandan Wangi tidak dihentikkan dikhawatirkan anggapan itu akan meluas ke dunia internasional sehingga kesempatan ekspor akan hilang.
Mungkin banyak orang mengatakan hal ini adalah masalah sepele dan kecil. Akan tetapi ingat, biasanya dari hal-hal kecilah masalah besar akan muncul. Mahasiswa pertanian yang biasanya kritis terhadap kebiakan pertanian pemerintah harusnya merasa terpanggil hatinya untuk mengangkat isu ini sehingga akan muncul upaya pencerdasan masyarakat mengenai penipuan label ini. Bukan demi kita, atau pemerintah tapi demi para petani yang menunggu peranan kita untuk mengangkat kesejahteraan mereka dan demi terangkatnya varietas lokal kebanggaan bangsa Indonesia. HIDUP MAHASISWA !

* Tulisan ini adalah hasil rangkuman dari PPKM yang penulis buat bersama Galih Nugroho (Fateta) dan Warid (Faperta) di bawah bimbingan Dr. Ir. Nugraha Edi S. Data berasal dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB .

Comments

  1. sudah tau sistem pelabelan beras di indo?bs kasih tau?
    penyimpangan(pengoplosan beras lintas varietas) kan terjadi di tingkat distributor,nah pihak produsen sendiri selama ini mhadapi pmasalahan itu gmn to?tau ga?menurutmu perlu ga perbaikan sistem manajemen pengemasan untuk mengurangi tingkat pemalsuan beras berlabel?nanya ya,kalo dijawab ya matur nuwun banget.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Waspadai Daging Babi Oplosan

Mengetuk Pintu Akhirat, Kecelakaan yang mengubah kehidupan

Membuat Iklan TV yang Berhasil