Gaji udah gede, Ngapain Kuliah lagi?

Well, semenjak saya putuskan resign dari pekerjaan untuk mengejar MBA di Nanyang, ada muncul 2 kelompok pertanyaan. Ngapain? dan Gimana caranya?. Di artikel ini saya hanya akan menjawab pertanyaan kedua (maaf kalau judulnya clickbait :). Buat temen-temen yang mau lanjut ambil MBA, saya izin share sedikit tips berikut:

  1. Nabung, Nabung, Nabung: MBA itu mahal, at least kita harus siapin 500-900 juta untuk 1 tahun kuliah. Pasti beberapa berpikir, kenapa ga cari beasiswa aja? well, unlike jurusan lain seperti sains atau teknologi, unfortunately MBA tidak banyak beasiswanya. Bahkan di LPDP tidak termasuk salah satu jurusan strategis. Jadi pertanyaannya apakah kita akan "pasrah" dan melanjutkan MBA hanya jika dapat beasiswa? saya secara pribadi sudah prepare in last 5 years, menyisihkan dari gaji bulanan THR, dan bonus plus menunda beli ini dan itu. Pun akhirnya mendapat partial scholarship, itu menjadi bonus, tapi kita sudah prepare. Ingat, Well prepared guys always one step Ahead than Smart guys.

  2. Lakukan yang terbaik di karir saat ini: Walaupun kita sudah bayar mahal, belum tentu kita diterima di univ yang bagus, sounds unfair, but we should live with that :). Jadi ketika kita apply, admission team dari univ tersebut akan scanning CV kita terutama career progression. Walaupun nanti ada teknik untuk "memperindah" CV (nanti bisa saya share), tapi kalau memang minim prestasi, akan tetap "berat".

  3. Tujuan kuliah harus jelas: Salah satu proses seleksi penting adalah pembuatan Essay, nah di sini kita akan ditanya, "apa tujuan kamu ambil MBA". Nah ini harus very clear dan sesuai. Very clear, artinya tujuan nya jelas, apakah mau pindah Industry? geography? atau Function? atau simply mau vertical climb?. Sesuai, dalam arti kita harus tau, target univ kita itu menerima student yang tipe apa, misal kalau Harvard, lebih cari yang berjiwa Entrepreneur, biasanya ini bisa di cari di website mereka, tipe student macam apa yang mereka expect.

  4. Daftar di tahap-tahap awal: Tiap MBA selalu berusaha menonjolkan diversity dari kelasnya (contoh banner di atas), semakin beragam asal negara, maka makin bernilai. Nah, kalo kita daftarnya ga dari awal, besar kemungkinan sudah ada beberapa student yang dari Indonesia sudah diterima, sehingga chance akan semakin kecil. Karena tiap kelas mungkin hanya 1-3 orang perwakilan tiap negara (kecuali tentu kalau home countrynya).

  5. Jangan asal MBA: Penting untuk tidak asal pilih program MBA, sesuaikan dengan lama pengalaman kerja kita, cari yang high diversity dan tentu dari well known univ. Personally, I must admit saya memang sangat terlambat join MBA karena faktor no. 1 , sehingga saya cari program yg relatif equal in term of years of experience. Sehingga peer learningnya bisa lebih maksimal.

Itu saja share dari saya, lumayan berbagi pengalaman sambil mengisi waktu karantina. Mohon maaf jika kepanjangan dan EYD nya berantakan. In case ada yang interest untuk prepare MBA juga, saya welcome to share further detailsnya. Thank you

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Iklan TV yang Berhasil

Mengetuk Pintu Akhirat, Kecelakaan yang mengubah kehidupan

Kegelisahanku