Ketika Cinta Berbuah Luka

Bukan bermaksud menyelewengkan buku cerita Habiburahman Al-Shirazy, tapi ya kira-kira judul inilah yang cocok untuk tulisan yang ingin kutuliskan saat ini.

Dari dulu satu hal yang paling bisa membanggakanku adalah kemampuanku mengendalikan emosi dan kelakuan. Makanya banyak orang bilang bahwa diriku mukanya banyak, karena memang kemampuanku untuk mengelolanya sangat baik.

Tau misalnya saja ketika diriku mengalami kekalahan pada saat berlomba, temanku sampai ada yang bialang "Kak kani kok aneh si, padahal kalah tapi kayanya ga terjadi apa2". Pada saat lain saat si Ikhwan (temanku) memukulku dengan keras di depan disepenser tanpa sebab (gue inget banget tu wan!!), gua hanya senyum dan bilang " lho kok tiba2 mukul??", dan dia bialang "wah bagus, cuma uji emosi".

Bahkan ekspresi mukaku pun bisa kudesain dengan rapih, soleh di hadapan rekan-rekan yang alim, caur di depan temen2 yang ancur, dan sopan di depan orang yang lebih tua. Ada yang bilang aku munafik, tapi so what? kurasa tidak ada yang salah, bukannya itu namanya kita orangnya adaptable?asal bukan masalah prinsipil aja yang berubah. Misalnya jadi lupa shalat gara2 nonton film ama yang caur, atau jadi ga peduli sama haram/halal pas sama orang luar.

Dalam masalah cintapun tidak jauh berbeda, waktu itu diriku adalah orang yang paling nyantai tentang masalah ini, coz diriku yakin kalo kualitas diri makin ditingkatkan, nanti juga mudah dalam mencari pasangan hidup. Ga perlu ngejar2 mahluk2 lembut (atau lelembut:) itu ampe berani sumpah serapah dan menimbulkan konflik. Tapi..

Sang waktu pun terenggut
Bersamaan dengan hilangnya pikiran sehatku
Ketika diriku bangkit dan bertekad kuat
Seiring itu pula keraguan hadir di lubuk hatiku

Yang tersisa kemudian hanyalah luka
Luka yang menganga
Diriku yang dulu berprestasi
Kini hanyalah seonggok manusia tak berarti
Kehilagan kepercayaan diri
Kehilangan harga diri

Apakah ini karena cinta
Sebegitu hebatnyakah ia mengusir rasa bangga
Dan menggantinya derita

Jikalah ini memang fitrah
Maka kurasa tanpanya hidupku akan lebih indah
Andaikah ini anugrah
Lantas mengapa diriku karenanya selalu gelisah

Rasanya ingin hidup ini kembali, merasakan keindahan di masa lalu
Mengapa diri kani sekarang rasanya berubah, aku ingin....
Ya aku ingin..

Tapi aku bukan lelaki lemah yang dapat hancur dengan mudah
Mungkin saat ini aku lelah tapi aku tak akan sedikitpun menengadah
Aku kan bangkit menyembuhkan hati ini yang sakit
Sampai suatu saat akan kubuktikan
Bahwa pria ini adalah yang patut ia banggakan

Comments

Popular posts from this blog

Waspadai Daging Babi Oplosan

Mengetuk Pintu Akhirat, Kecelakaan yang mengubah kehidupan

Membuat Iklan TV yang Berhasil