Tahukah Anda berapa uang yang harus dikeluarkan suatu produk untuk iklan di TV? Tak kurang dari 8 milyar rupiah sekali campaignnya. Kalo kita ga bisa bayangin 8 M itu sebanyak apa.. yaa kira kira kalau semua dibeliin mecin, jumlahnya cukup untuk bikin bego anak se indonesia :). Padahal kalau kita nontin tv, iklan yang bersilewaran hilir mudik itu selalu diabaikan , kalau ga channel nya yang dipindah, kitanya yg pindah tempat duduk. Andaikan sempet ketonton juga tuh iklan, biasanya ga pernah inget cerita atau pesannya, paling yg diingat cuma aktornya aja. Itupun kalo aktornya cantik bak dian sastro. Sebagai Markerter yang salah satu tugas utamanya bikin iklan produk (dan ngabisin uang perusahaan g iklan ga mutu :), kenyataan bahwa iklan yg kita buat tidak diperhatikan adalah kenyataan yang menyakitkan dan menyayat hati, perasaan, jiwa dan raga (mulai lebay). Padahal bikin iklan itu paling cepat prosesnya 4 bulan, itu belum termasuk bumbu bumbu dimarahin, berantem, reshoot dan tetek ben...
Gw : "Bunga, saya dihubungi dokter yang mau seminar, katanya sample belum, gimana ceritanya" Bunga : "Bentar pak saya cek dulu".... (4 menit kemudian) Bunga : "Pak ternyata kemarin produknya sudah dikirim, tapi karena ga ada orang di tempat, jadinya dibawa pulang lagi" Gw : "Lho kok bisa, dokternya mau seminar ini, malu kalo produknya ga sampe, ini relate ke relationship. kenapa kemarin ga ada yang ngasih tau saya kalo ga ada orang di sana?" Bunga : "Iy apak, kemarin kan HP saya ketinggalan" Gw : "Itu bukan alasan yang bagus bunga..." Bunga : "SAYA MAH SALAH MELULU, BAPAK URUSIN AJA SENDIRI".... Beng.. sesaat saya tertegun membaca BBM dari admin saya itu, kesal sekaligus rasa capek karena sedang menyetir cukup membuat saya naik pitam, "what the hell..",. what kind of subordinate tell those word to her boss?. Namun kemudian, seraya menunggu pemanggilan NUP di salah satu perumahan di Serpong, say...
Oleh : M.T.Assyaukani* dkk “Kepala Sub Dinas Kesehatan Hewan Propinsi DKI Jakarta , Drh. Adnan Ahmad menyatakan pihaknya akan mengintensifkan pengawasan terhadap peredaran daging babi hutan atau celeng di pasar-pasar di Jakarta, selama bulan Ramadhan dan menjelang idul fitri ini. Pengawasan ini merupakan tindak lanjut dari surat edaran Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Pemprov DKI Jakarta Edy Setiarto, tertanggal 20 September 2006 kemarin, yang mengingatkan warga Jakarta agar berhati-hati membeli daging dan jangan tergiur dengan harga daging yang lebih murah. Karena ada dugaan sudah beredar daging celeng yang dijual di pasaran dengan cara disamarkan atau dicampur dengan daging sapi biasa ” (Republika, Jumat 29 September 2006) Kita patut mengelus-ngelus dada prihatin atas kenyataan diatas. Betapa perhatian terhadap nilai-nilai kehalalan semakin terdegradasi oleh nilai mata uang dan keserakahan. Demi sejumlah keuntungan materi, segelintir manusia ingin mengelabui umat ...
Comments
Post a Comment