Tahukah Anda berapa uang yang harus dikeluarkan suatu produk untuk iklan di TV? Tak kurang dari 8 milyar rupiah sekali campaignnya. Kalo kita ga bisa bayangin 8 M itu sebanyak apa.. yaa kira kira kalau semua dibeliin mecin, jumlahnya cukup untuk bikin bego anak se indonesia :). Padahal kalau kita nontin tv, iklan yang bersilewaran hilir mudik itu selalu diabaikan , kalau ga channel nya yang dipindah, kitanya yg pindah tempat duduk. Andaikan sempet ketonton juga tuh iklan, biasanya ga pernah inget cerita atau pesannya, paling yg diingat cuma aktornya aja. Itupun kalo aktornya cantik bak dian sastro. Sebagai Markerter yang salah satu tugas utamanya bikin iklan produk (dan ngabisin uang perusahaan g iklan ga mutu :), kenyataan bahwa iklan yg kita buat tidak diperhatikan adalah kenyataan yang menyakitkan dan menyayat hati, perasaan, jiwa dan raga (mulai lebay). Padahal bikin iklan itu paling cepat prosesnya 4 bulan, itu belum termasuk bumbu bumbu dimarahin, berantem, reshoot dan tetek ben
15 Tahun sudah, semenjak TK sampai SMA, orangtua menyekolahkanku di sekolah islam. Sudah tak terhitung banyak aku mengantuk mendengar apa itu Dzikrul Maut (Ingat mati) dan betapa dekatnya hal itu dengan kita. Namun baru kemarin kamis saya tau betapa dekatnya apa yang kusebut Kematian... ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Awalnya tidak ada yang tak normal. Saat itu kami sekeluarga berencana menuju Tasikmalaya untuk berqurban dan membawa paket donasi untuk orang-orang jompo dan yatim piatu (hal yang memang secara rutin tiap tahun ayahku lakukan). Kebetulan, tidak seperti Id sebelumnya, kani bisa ikut karena tidak ada kegiatan di kampus atau asrama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita semua berangkat setelah shalat Id (saya salatnya di Bogor) dan melewati rute biasa via tol Cipularang. Posisinya ibu, ayah dan adik paling kecil (dede) duduk di jok depan. Sedangkan
Aku sering kali merenung, mengapa aku sangat ebrbeda dengan kehidupanku yang lalu, sebenarnya perubahan itu sama sekali tidak perlu dirisaukan karena perubahan adalah hal yang pasti. Namun mengapa prubahan ini rasa-rasanya ke arah yang negatif, mengapa diriku makin jauh dari Tuhanku, dari Allah, rasanya kini aku semakin jarang merasakkan tetesan air mataku pada qiyamul lailku, merasakan sangat lelah ketika shaum kamis, terlalu dekat dengan wanita dan berbagai alasan lain yang membuatku malu dikatakan sebagai seorang muslim, apakah benar ini diriku? apakah ini diriku?apakah ini kani? bila ya, ini pasti kani yang telah kehilangan sakhsiyah nya, kepribadiannya. Kani yang sedang melangkah perlahan menuju kehancuran, menuju ketidakjelasan arah hidup. Setiap kali ku terdiam, hal inilah yang senantiasa kupikirkan. Dulu aku menganggap dengan meruah diriku aku berharap dapat lebih dekat dengan teman-teman, karena dengan sosok yang berwibawa rasanya sangat besar jarak yang ada. Namun ternyata ha
Comments
Post a Comment